Halo Sobat Nuklir!
Kali ini kita akan membahas terkait pemanfaatan IPTEK nuklir dibidang pertanian.
Pertanian
nuklir sangat fenomenal. Ketika ramenya pandemic ini, semua terfokus pada
bencana dan wabah covid-19, apakah sang fenomenal ini berperan?, disebut
fenomenal karena ketahanan pangan adalah salah satu rantai solusi dari wabah
tersebut.
24
september merupakan hari fenomenal pula—hari tani nasional, yang dideklarasikan
langsung oleh sang plokamator pada tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok
agaria, ketika saat itu adalah identitas negara Indonesia adalah petani.
Petani—penyangga
tatanan Indonesia, stabilitas negara dibuktikan adanya lumbung pangan yang
surplus, dimana tempat pabrik yang benar benar ramah lingkungan telah
diciptakan oleh petani. Jagung kedelai dan padi merupakan produk pahlawan dari
masa lampau hinggan masa pandemic ini. Sesuatu hal akan terjadi konflik besar
apabila kondisi pangan kita krisis, mengetahui kata krisis pangan membuat
kumpulan pemuda dalam naungan pegiat nuklir merasa terpanggil jiwanya.
Pegiat
nuklir dengan nama organisasi KOMMUN—Komunitas Muda Nuklir Nasional. Kommun
adalah komunitas yang terlahir dari kota pelajar Yogyakarta tahun 2013,
anggotanya adalah intelektual dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia mulai
dengan vokasi hingga sarjana bahkan pascasarjana, digagas oleh dimas irawan—ASN
BATAN, muda energik dan dibawa naungan kepala batan Prof djarot wisnubroto, 2
founding father kommun.
Saat
semua terasa dampak adanya pandemic, mulai dari pemerintahan, organisasi hingga
komunitas, tidak menyulutkan semangat pegiat nuklir muda, tercetuslah “Saatnya
membumikan Nuklir” ucapan sang ketua kommun periode ke -7—dicky pratama. Nuklir
tidak hanya sebuah energy saja, teknologi nuklir bisa berperan terhadap
pertanian, bukti kontribusi sudah memiliki 23 varietas padi, bahkan lebih untuk
saat ini karena belum ada pembaruan public bibit baru.
Cetusan
“bagaimana nuklir bisa memangkas 1 rantai permasalahan pandemic ini, minimal
konflik sosial tidak terjadi” ujar mahasiswa akhir radiologi Unair. Tentu
sangat bisa, dan yakin minimal nuklir memiliki pengaruh teknologi terutama pada
benih padi.
Pengkajian
dilakukan oleh pegiat nuklir muda, yang harus dilakukan saat ini dengan jiwa
arek, minimal ada satu wilayah berani melangkah dan menjadi pilot project,
ketika pemerintah memberi pengumuman lockdown/PSBB, namun pikiran itu tidak
dikurung dirumah, Kommun Surabaya sebagai inisiator bahwa pegiat muda nuklir
bisa membuat gebrakan solusi rantai walaupun 1 permasalahan kecil.
Pergerakan
pertanian mulai muncul di era pandemic, ketika kota lagi WFH, pegiat nuklir
muda justru memanfaatkan momen dengan “Kerjo ndek sawah”—kerja disawah. Hasil
yang dilakukan pemuda pun hebat, karena sedikit meningkatkan produktifitas
pabrik ramah lingkungan—sawah.
Sumbangsi
pertanian menjadi prioritas utama kegiatan kommun, ditambah jawa timur
merupakan 17% berperan dilumbung pangan Indonesia.
Padi
nuklir memberikan dampak positif kemasyarakat, dengan meningkatkan
produktifitas, 20 %. Pada prinsipnya benih padi ini sama, sama sama ditanam
ditanah, sama sama mengkonsumsi nutrisi dari pupuk, dan sama sama membutuhkan
air walapun bukan tanaman air. Yang memberdakan adalah antibody padi , yang
biasa pakai antybody wereng—hama sawah, dengan beberap ml, maka padi nuklir
tidak perlu mengkonsumsi antybody sebanyal itu.
Padi
yang digunakan para pemuda ini hasil terknology varietas dari nuklir—mugibat,
karya dari alm. Mugiono, peneliti senior batan, luar biasa, dari hasil panen
benih pada umumnya, momen itulah bukti sedikit bahwa penyangga tatanan
Indonesia perlu diregenerasi, pastinya regenerasi yang muda milenial. Terbuktilah
ini pada tanggal 25 september pegiat muda nuklir melakukan pelaporan dengan
metode webinar, pada momen telah hadir dan disaksikan langsung oleh kepala
BATAN, Prof Anhar Antariksawan. Beliau sangat antusias dan mendukung akan
halnya kegiatan milenial dengan mengkorelasikan potensi yang ada diwilayah,
termasuk contoh pertanian.
Pemateri
lain terdapat peneliti dan praktisi dari area timur, Gowa Sulawesi Selatan.
Ilham Akbar—putra asli gowa anak petani dengan disiplin ilmu keperawatan dan
berkarya dibidang pertanian wilayahnya, pernah mewakili Indonesia dikanca
internasional—IAEA, sebagai narasumber praktisi pertanian teknologi nuklir,
saat ini beliau sudah mewariskan ilmu pertanian itu ke adik kandungnya.
Sudah
saatnya Indonesia benar kembali ke identitas, dan saatnya nuklir bisa
bermanfaat pada bidang lain, mungkin buku sejarah kita tidak akan lupa dengan
kejadian 6 dan 9 agustus 1945, sudah terlewati masa colonial tersebut, saatnya
menjadi hal positif dan berdampak, kembali pada gressroot, Terutama membumikan
ilmu nuklir (MAAbidin)
Posting Komentar